Rabu, 17 Oktober 2012

Minggu, 22 November 2009

Bottom Line

Don't be too good, I will miss you.

Don't be too caring, I might like you.

Don't be too sweet, I might fall for you.

It's hard for me to love you when you won't love me after all...

Bottom-line :

A person who makes me love him is actually a person who loves me more than I love him.

________________________________________________________________

If someone comes into your life and becomes a part of you, but for some reasons he couldn't stay, don't cry too much...

Just be glad that your paths crossed and somehow he made you happy even for a while.

Bottom-line :

Time will tell. If he's yours, he will surely come back.

________________________________________________________________

Don't throw your back to love when it's already in front of you.

Don't drive it away from you because if you do, someday you'll think again why you let love fly away when it was once residing next to you.

Bottom-line :

Treasure the one who loves you! It's not easy to find a person who loves you.

It's always more valuable to have a sincere heart.

________________________________________________________________

The greatest regrets in our lives are the risks we did not take.

If you think something will make you happy, GO FOR IT.

Remember that we pass this way only once.

Bottom-line :

Time doesn't wait. If you think you might have found the right one, treasure the person, don't let that person get away.

Don't let fear hold You back. Give it a try else you might regret later...

"No one other than ourselves know what can truly make us happy."

________________________________________________________________

Two tear drops were floating down the river.

One teardrop said to the other, "I'm the teardrop of a girl who loved a man and lost him.

Who are you?"..."I'm the teardrop of the man who regrets letting a girl go..."

Bottom-line :

Nobody will sympathize with a person who constantly lets chances pass by without making any efforts to salvage them.

We normally don't realize how important our loved and close ones are until they leave us, and then we start regretting, which results in misery.

Lost time is NEVER gained again

Even impossible says... I - M – POSSIBLE !!!

Rabu, 02 Januari 2008

Akhlaq Nabi: Elaborasi Bahasa Kemanusiaan

Bismihi ta'ala

Hampir semua pemimpin besar yang pernah lahir di dunia meninggalkan banyak pesan-pesan penting tentang kemanusiaan. Setiap pesannya mengandung prinsip-prinsip hidup yang mendetail dengan kandungan makna yang sangat dalam. Di antara sosok manusia besar yang pernah hidup dalam blantika sejarah kemanusiaan adalah Muhammad Saw. Kebesaran nama Muhammad tidak dengan sendirinya tercipta begitu saja. Dalam dirinya bersinergi dengan apik potensi kemanusiaan dengan nilai-nilai Rububiyyah Allah Swt. Kualitas inilah yang membentuk makna universalitas dalam setiap perkataan dan perbuatannya. Dalam menegaskan posisi dirinya sebagai manusia "langit" di bumi beliau bersabda; "Setiap aku menyampaikan perkataan dan melakukan perbuatan aku dituntun dan dibimbing oleh Allah Swt sehingga menjadi perkataan dan perbuatan yang sempurna."

Dalam proses kompilasi sunnah Rasul kita menemukan untaian perkataan dalam peristiwa demi peristiwa yang dilaluinya. Tak satupun dari perkataan dan perbuatannya yang tidak memiliki kandungan pesan spiritual dan kemanusiaan dengan refleksik persoalan yang jauh ke depan. Hanya saja tidak semua orang mampu mengelaborasi dengan baik setiap makna dari pesan yang disampaikannya. Berikut ini adalah petikan salah satu pesannya berkenaan dengan perintah untuk memahami setiap detail dari kata-katanya yang sarat makna: "Setiap perkataan yang anda dengarkan dari saya, anda dapat merekam dan menjaganya kemudian anda menyampaikannya kepada generasi yang akan datang. Ketika sampai kepada generasi mendatang, mereka akan lebih memahami setiap makna perkataan perkataan saya dari anda yang sekarang ini berada dalam majelis ini." Dalam sebuah hadist, Rusulullah Saw bersabda: "Allah akan mensucikan wajah hambanya yang mendengarkan perkataanku dan merekamnya (dalam akal) kemudian menyampaikannya kepada mereka yang tidak mendengarnya".

Perintah untuk merekam dengan baik setiap perkataan dan perbuatan nabi memberikan inplikasi yang sangat besar terhadap keberlangsungan nilai-nilai ajaran Islam. Di samping itu sebagaimana yang dikatakan Rasulullah Saw sendiri bahwa semua bentuk perkataan dan perbuatannya mempunyai makna yang sangat dalam dan melingkupi seluruh zaman. Orang-orang pada setiap zaman akan mengalami kemajuan dan tingkat pemahaman yang lebih baik dari zaman sebelumnya. Dari situlah kemudian terlihat bahwa perkataan dan perbuatan nabi tetap up to date sepanjang zaman. Berbarengan dengan itu umat Islam akan senantiasa memelihara hubungan emosional dan kecintaan yang mendalam terhadapnya, dan bahkan Islam sebagai sebuah ajaran mampu mengatasi setiap perubahan zaman.


 

Dalam al-Quran sejumlah ayat telah menjelaskan kepada kita betapa mulianya Akhlak beliau. Bahkan diyakini bahwa Rasulullah adalah refresentasi hidup dari al-Quran, sehingga dengan demikian keseluruhan perkataan dan perbuatannya tak terbatasi oleh ruang dan waktu. Sebagaimana dalam perkataannya yang mengandung pesan berkelanjutan dan tak terikat oleh ruang dan waktu maka dalam tindakan dan perbuatannyapun demikian. Allah Swt sebagaimana dinukil dalam al-Quran berfirman; "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan bagi kamu. Yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akherat…" (QS, 33 : 21)


 

    Dengan kedudukan nabi yang sedemikian tinggi itu dan mendapat legitimasi dari Allah adalah sangat wajar jika keseluruhan komponen kehidupannya sarat dengan makna. Karenanya para perawi hadis atau bahkan penulis sejarah nabi sekalipun tidak akan mampu merekaveri keseluruhan makna dari setiap perkataan dan perbuatannya. Dan tidak jarang kita temukan dalam riwayat hadis dan catatan sejarah terjadi mispersepsi ataupun penyimpangan pemahaman yang bias. Untuk itu dalam memahami dan mengkontekstualisasikan ajaran Rasulullah tidak cukup dengan mengandalkan catatan sejarah ataupun uraian perawi hadis. Tetapi itu harus dibarengi dengan kajian secara mendalam yang dapat melahirkan interpretasi baru sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.


 

Untuk dapat mendekati dan menangkap makna generik dari setiap pesan dan perbuatan nabi diperlukan adanya metodologi yang baik dan benar. Para kritikus sejarah menggunakan paling tidak dua pendekatan yaitu pendekatan kronologis dan pendekatan analisis. Pendekatan kronologis mendekatkan kita pada tahapan-tahapan setiap peristiwa yang dialami oleh nabi. Dan pedekatan analisis mengajak kita untuk mengkaji secara detail latar setiap peristiwa. Untuk menajamkan pendekatan analisis ini, harus dibantu dengan teknik pendekatan ilmiah seperti analisis linguistik, komparatif, induktif, deduktif dan lain-lain. Cara pendekatan di atas mengharuskan kita untuk mempertanyakan setiap episode kejadian dengan semua detail permasalahannya, misalnya kenapa nabi berbuat seperti itu, apa tujuannya, dan seterusnya. Dengan metode ini akan lahir penafsiran baru yang segar dan lebih membumi.


 

Kita patut mempertanyakan kenapa umat Islam hari ini rancu dalam memahami kepribadian Rasulullah. Sangat sulit kita menemukan orang yang dengan pasih dan rinci dalam menjelaskan diri dan kepribadian nabi, apalagi untuk mengaktualisasikannya dalam pragmen kehidupan modern sekarang. Keadaan ini terjadi karena kelemahan metodologi para perawi hadis dan penulis sejarah. Akibatnya kemudian diri nabi telah dijadikan sama dengan artifak-artifak dari peninggalan masa lalu yang tidak memiliki signifikansi hubungan dengan masa kekinian manusia. Efeknya yang lebih jauh adalah pupusnya kecintaan yang menghilangkan hubungan emosional dengan nabi. Dalam bahasa masyarakat awam bahwa apa yang terjadi pada masa nabi telah berlalu dan karenanya tidak kontekstual lagi dengan masa kekinian kita di mana peradaban manusia telah maju dan modern yang berbeda dengan masa nabi yang kolot dan primitif.


 

Dari gambaran di atas memperlihatkan bahwa perjalanan sejarah Islam yang direpresentasikan oleh pribadi nabi sadar atau tidak telah mengalami reduksi yang demikian rupa. Sebagai misal, sebagian penafsir al-Quran mengatakan bahwa nabi pernah melakukan kesalahan seperti yang dinukil di dalam surah Abasa' .Digambarkan bahwa nabi menunjukkan perilaku yang tidak bersahabat terhadap orang miskin dan buta dihadapan pembesar Qurays yang kafir, padahal orang miskin itu adalah seorang muslim. Pertanyaan kita mungkinkah sifat buruk itu terjadi pada nabi? Apakah tidak terjadi kontradiksi antara diri nabi sebagai personifikasi al-Quran yang mulia dengan nilai-nilai mulia dari ajaran al-Quran? Apakah tidak terjadi pertentangan antara satu ayat dengan ayat lainnya yang menjelaskan keutamaan akhlaq nabi? Atau mungkinkan nabi melakukan pelanggaran terhadap ayat-ayat yang menjamin kedudukan dan ketinggian akhlaqnya seperti termaktub dalam surah al-Qalam; "Dan sesungguhnya bagi engkau pahala yang tak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau mempunyai akhlaq yang tinggi dan mulia." ( QS, 68: 3-4) Dan dalam surah An-Najm; "Dan dia tidak berkata dengan hawa nafsunya, Semua yang dikatakannya adalah wahyu Allah." (QS, 53 : 3-4) Surah-surah di atas dalam asbabun nuzul, turun mendahului surah Abasa.' Karenanya sebuah kemustahilan bagi nabi untuk melakukan pelanggaran atas wahyu Allah yang diajarkan untuk umat manusia.


 

Dalam catatan sejarah suatu hari Rasulullah diundang oleh kalangan bangsawan kafir Quraiys di rumah Mughirah bin Syu'bah salah seorang bangsawan kafir penentang Dakwah Rasul. Nabi datang meladeni undangan dialog tersebut. Saat dialog berlangsung tiba-tiba Ibn Ummi Maktum (seorang sahabat nabi miskin dan buta) datang untuk mendengarkan pembicaraan mereka. Konon katanya nabi merasa tidak enak dan nampak pada wajahnya. Penafsiran ini sangat mustahil terjadi pada diri dan wajah suci yang maha mulia itu. Ada beberapa kemustahilan. Pertama, kita percaya bahwa al-Quran itu diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Muhammad. Ini menunjukkan bahwa semua ayat yang disampaikan ditujukan kepada manusia yang direprentasikan oleh nabi, sebagaimana kata Aisyah (istri) beliau ketika menjawab pertanyaan para sahabat tentang akhlaq nabi, beliau mengatakan, "akhlaq nabi adalah al-Quran". Kedua, Pertemuan tersebut terjadi di rumah bangsawan quraiys dan dihadiri oleh bangsawan lainnya yang menentang dengan penuh kebencian terhadap nabi dan pengikutnya yang rata-rata budak, dan orang-orang miskin. Logika kita bertanya kalau suatu hajatan diadakan dan diperuntukkan bagi kalangan khusus dan terhormat tetapi ada orang lain (miskin, kaum tertindas) yang hadir dan tidak diundang. Apakah undangan yang bermuka masam atau pemilik acara hajatan? Apalagi kalau yang datang itu adalah orang yang sebelumnya telah dibenci. Ketiga, Nabi dalam sejarah dicatat dengan baik bahwa orang-orang pertama yang membela dan membantunya dalam menegakkan Islam adalah orang miskin dan tertindas. Kita tahu masuk Islamnya Bilal misalnya itu di awali hanya dengan uspan dan belaian tangan suci nabi tatkala Bilal disiksa oleh bangsawan kafir Quraiys. Mungkinkah nabi yang memperjuangkan hak-hak kaumnya yang tertindas (apalagi Ummi Maktum) seorang muslim dan sahabat beliau menghinakan saudaranya sendiri di depan lawan-lawan dakwahnya. Sebuah akhlaq yang sangat buruk yang bahkan anjingpun tidak tega melakukannya.

Jumat, 28 Desember 2007

Membimbing Bawahan

Membimbing Bawahan   

  

Oleh 
Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.

  

Jakarta, 10 September 2002

  

Dalam bekerja, hampir setiap orang mendambakan memperoleh jabatan yang tinggi. Namun demikian seringkali dijumpai seseorang yang mendapat promosi kenaikan jabatan/pangkat tidak siap dengan jabatan baru tersebut sehingga kinerjanya menjadi turun dan bahkan lebih buruk daripada ketika ia masih menjadi pegawai biasa. Permasalahan yang seringkali dialami para supervisor/manager baru tersebut bukanlah terletak pada kemampuan teknis dalam mengerjakan tugas di lapangan tetapi lebih pada kemampuan managerial untuk membangun semangat kerja para bawahannya. Artinya para supervisor/manager baru tersebut banyak yang tidak siap ketika diberikan tanggungjawab membimbing, melatih, memotivasi dan menilai kinerja para bawahannya.

  

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, apa saja yang harus diperhatikan oleh supervisor/manager dalam membangun semangat kerja bawahannya. Beberapa hal di bawah ini mungkin dapat dijadikan pertimbangan jika anda kebetulan adalah seorang supervisor atau manager.

  

1. Jadilah Pendengar yang Baik

  

Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi, pernah berkata bahwa penghalang yang terbesar untuk melakukan komunikasi pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan baik, dengan penuh pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika anda diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini merupakan salah satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika anda sedang berbicara dengan bawahan anda jagalah agar anda tidak terlalu banyak bicara, melainkan lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan dari bawahan anda. 

Kesediaan untuk mendengar akan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan mendengar  berarti anda memperhatikannya, anda mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi olehnya, dimana mungkin anda selaku atasan mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan orang tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman sehingga bawahan anda  lebih mau terbuka terhadap saran-saran yang diberikan. Selain itu mendengarkan seseorang yang secara bebas berbicara tentang dirinya sendiri merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa lawan bicara kita tersebut. Meskipun demikian mendengarkan tidaklah selalu berarti bahwa anda percaya terhadap segala yang anda dengar. Tentu saja untuk dapat menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kesabaran dan kerendahan hati.

  

2. Kenali Pekerjaan yang Dilakukan

  

Kita sering melakukan kesalahan dalam menginterpretasi dan menilai hasil kerja seseorang sebagai akibat dari suatu pandangan dan pengetahuan yang dangkal sekali tentang pekerjaan orang tersebut. Seringkali kita menjumpai seorang atasan yang mengharapkan bawahannya melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kapasitasnya. Jika mengambil perumpamaan hal tersebut adalah ibarat mengharapkan pohon mangga menghasilkan buah durian. Mustahil bukan? Akibatnya tidak sedikit bawahan yang menjadi frustrasi dan bahkan tidak "respect" terhadap atasan karena atasan demikian dinilai tidak tahu apa pekerjaan bawahannya sebenarnya (padahal ia seharusnya tahu).   

Jika anda adalah seorang atasan maka sudah seharusnya anda mengetahui apa yang wajib dan baik untuk dikerjakan atau diselesaikan bawahan anda.  Anda juga harus dapat mengetahui secara pasti apakah bawahan anda mengerjakan tugas dengan suatu cara atau jalan yang aman yang dapat diterima oleh perusahaan. Jika ternyata bawahan anda dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan cara-cara yang dapat diterima tetapi tidak sesuai dengan cara anda, maka sedapat mungkin biarlah ia menggunakan cara tersebut. Jangan cepat-cepat mengkritik atau pun memaksanya untuk melakukan menurut cara anda. Sebaliknya jika ia ternyata tidak dapat menyelesaikan tugasnya, maka anda perlu melakukan suatu perubahan. Langkah awal dalam melakukan perubahan tersebut adalah dengan membuat suatu persetujuan antara anda dan bawahan mengenai hal-hal yang mendasar dari pekerjaan tersebut.   

  

3. Kenali Bawahan Anda

  

Sebagai atasan, anda harus mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat anak buah anda dan menolong mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam pekerjaan. Anda juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri bawahan, mengerti kebutuhan dan keinginan mereka, dsb. Sebagai contoh: anda harus dapat membedakan apakah bawahan anda lebih tertarik pada kesempatan dan tantangan karir atau pada materi seperti uang atau lebih pada status. Jika anda dapat mengindentifikasi hal ini maka akan lebih mudah bagi anda untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan anda.

Anda sudah semestinya anda mengenal bawahan anda, jika tidak secara pribadi sekurang-kurangnya anda mengenali karakter-karakter penting yang berguna bagi produktivitas bawahan tersebut. Beberapa supervisor/manajer merasa takut untuk mengenal lebih dekat bawahannya, karena dengan kedekatannya itu maka mereka akan menjadi terlalu lunak dan salah dalam menilai prestasi bawahan. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan suatu kekeliruan, karena mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan yang dimilikinya tidaklah berarti bahwa anda tidak menuntut ia untuk bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan yang berlaku.

  

4. Kenali Perlombaan yang Ingin Anda Lakukan

  

Sebagai pejabat baru dan masih berada dalam semangat yang menyala-nyala untuk mendorong dan memotivasi bawahan anda, anda mungkin terus memacu bawahan anda untuk melakukan sesuatu, yang sesungguhnya tidak terlalu signifikan. Hal tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena anda mungkin masih dalam tahap ingin menunjukkan jati diri sebagai atasan yang pantas menduduki jabatan tersebut. Namun demikian kondisi ini harus benar-benar diwaspadai mengingat bahwa tidak ada seorangpun bawahan yang mampu bekerja dalam kondisi yang tetap maksimal setiap hari. Jadi janganlah anda terus-menerus berteriak "awas ada macan", sampai anak buah anda kelelahan dan akhirnya ketika "macan" yang sesungguhnya tiba anak buah anda sudah kehabisan tenaga dan tidak memiliki semangat lagi. 

Selain itu bawahan anda mungkin akan merasa bosan dan jengkel karena dorongan-dorongan anda untuk bekerja lebih giat dan bersemangat, sementara mereka mengetahui bahwa pekerjaan yang dikerjakan tersebut tidak begitu penting. Contoh: anda memberikan tugas atau proyek khusus kepada bawahan anda tanpa ada kejelasan apa tindak lanjutnya, kapan diaplikasikan dan tidak ada target pasar yang jelas, sementara bawahan anda tersebut masih harus mengerjakan tugas-tugas rutin yang sudah snagat jelas manfaatnya bagi perusahaan. Oleh karena itu amat sangat penting bagi anda selaku atasan untuk dapat menentukan prioritas pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tidak ada kegiatan yang terlihat "mubazir" dan hanya sekedar membuat bawahan anda terlihat sibuk. Tanpa kemampuan untuk menentukan hal ini maka bawahan anda akan cenderung tidak tidak bisa membedakan antara suatu pekerjaan yang urgent dengan yang rutin karena setiap hari mereka selalu dikejar-kejar.   

  

5. Gunakan Peristiwa-Peristiwa Khusus

  

Dalam aktivitas kerja selalu saja ada kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa khusus yang dapat dijadikan bahan atau contoh untuk membangun semangat kerja bawahan anda. Contoh: Keberhasilan divisi anda dalam memenangkan suatu proyek atau keberhasilan divisi dalam memangkas biaya produksi atau pun penghargaan yang diberikan oleh media massa (masyarakat) kepada teamwork anda. Sebaliknya ada juga peristiwa-peristiwa dimana anda dan bawahan anda mungkin mengalami kegagalan. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran. Tunjukkan kepada bawahan anda faktor-faktor apa saja yang membuat divisi anda meraih sukses. Dan tunjukkan juga faktor-faktor atau perilaku apa saja yang menyebabkan divisi anda mengalami kegagalan. Dalam menyikapi kegagalan, carilah alternatif solusi secara bersama-sama, usahakan banyak ide-ide yang dapat diutarakan, dan jangan sekali-kali mematahkan semangat bawahan anda sebab bila ia patah semangat maka banyak hal yang tidak akan tercapai. Sebagai atasan, anda harus jeli memanfaatkan peristiwa yang ada untuk  mengarahkan bawahan dalam memahami dan menghadapi fakta atau realitas dalam pekerjaan sehari-hari.

  

6. Berikan Kesempatan 

  

Kesalahan-kesalahan yang dilakukan bawahan dalam bekerja jarang sekali berakibat fatal. Artinya dari kesekian banyak kesalahan yang mungkin dilakukan masih terdapat peluang untuk diperbaiki dan diberikan kesempatan untuk berubah. Oleh karena itu, janganlah semata-mata memberikan hukuman kepada bawahan yang kebetulan melakukan kesalahan, tapi tolonglah dia dan berikan kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya.

Jika anda memang sudah menyerah terhadap kemungkinan perbaikan dari seorang bawahan, yaitu jika anda merasa bahwa pekerjaannya sangat tidak memuaskan dan dia tidak mungkin lagi dapat memaksimalkan pekerjaan tersebut (meski sudah dilakukan bimbingan dan pelatihan), janganlah berpura-pura menolongnya dan hentikanlah usaha-usaha melakukan kritik yang konstruktif, karena semua itu tidak akan berguna lagi. Katakanlah kepadanya dengan terus terang bahwa pekerjaan yang dia lakukan tidak berhasil. Kemudian sarankan suatu mutasi ke bidang lain yang lebih sesuai, jika hal itu memungkinkan, atau berhentikan orang tersebut melalui prosedur yang berlaku.

  

8. Delegasikan Tanggungjawab

  

Salah satu hal penting dari sifat-sifat seorang atasan adalah bagaimana ia dapat mendelegasikan atau mewakilkan tanggungjawab dan wewenang kepada bawahannya. Seorang atasan yang buruk tidak akan pernah mau dan mampu mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang kepada bawahannya. Sebaliknya atasan yang lemah akan terlalu mudah mendelegasikan tanpa adanya pengawasan atau kontrol yang cukup. Sementara itu jika anda ingin menjadi atasan yang  yang baik maka delegasikan tanggung jawab dan wewenang anda dengan suatu catatan atau agenda yang memuat waktu penyelesaian pekerjaan tersebut. Mintalah laporan perkembangan pekerjaan pada waktu-waktu tertentu dan lakukan tindakan-tindakan yang positif jika permasalahan muncul atau terjadi.

  

9. Patuhi Batas-batas Peran Anda

  

Sebagai atasan anda harus menyadari benar kemampuan anda, anda tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan anda. Anda harus menyadari bahwa anda bukanlah dokter bedah otak, yang dapat mengoperasi setiap orang sesuka hati anda, anda juga bukanlah pendeta/kiai bagi bawahan anda dan anda juga bukan ahli psikologi yang dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologisnya. Ingatlah bahwasanya ada tiga jalan yang fundamental untuk mengubah seseorang: yaitu tobat keagamaan, psikoterapi dan operasi otak. Anda adalah seorang pemimpin, janganlah memaksakan diri untuk melakukan ketiga hal tersebut. Salah-salah anda akan menjadi korbannya.

  

Selain beberapa hal diatas pasti masih banyak cara untuk meningkatkan kemampuan managerial anda dalam meningkatkan kinerja para bawahan anda. Dengan tulisan ini kami berharap bahwa hal-hal diatas dapat memperkaya wawasan anda sehingga lebih percaya diri dalam membimbing bawahan anda. Selamat  mencoba. (jp

Kamis, 27 Desember 2007

Tiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata!

Tiada Kata Kalah Sebelum Nyata di Depan Mata!

Publikasi: 28/12/2004 08:34 WIB

eramuslim - Dua laki-laki anak beranak bertampang keren itu menyeringai jahil, tampak cerdik dan penuh percaya diri. Mereka memang pantas untuk itu. Tiga tantangan sebelumnya telah mereka lalui dengan mulus dan sempurna. Bahkan mereka memenangkan babak bonus berupa liburan keluarga selama satu minggu. Dan kini, di babak final, hadiah utama telah menunggu. Keduanya merasakan bahwa kemenangan itu sudah dalam genggaman mereka. Tinggal selangkah lagi. "Kami laki-laki! Kami kuat, kami gesit, kami kompak dan kami cerdik. Kami akan memberikan patokan yang sangat baik dan membuat lawan kami tertekan hingga tak dapat mengejarnya. KAMI AKAN MENANG!"

Dua perempuan anak beranak yang menjadi lawannya tak berkata apa-apa. Raut wajah cemas nyata sekali membayang di mereka. Tapi mereka tahu, mereka tak mungkin menghindar atau mundur. Betapapun, tantangan ini harus tetap mereka hadapi. Mereka senang karena tidak mendapat giliran pertama, meski itu sekaligus dapat berarti mereka akan merasa tertekan mendapati hasil yang dibukukan pria ganteng dan cowok kecilnya itu.

Ini adalah kompetisi final, memperebutkan hadiah utama senilai hampir setengah milyar dari sebuah reality show produk Amerika yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta. Dan jauh tinggi di atas permukaan laut, empat tabung kaca yang digantung membujur telah menunggu. Para peserta harus merangkak di dalam tabung itu, kemudian pindah ke tabung berikutnya menggunakan alat bantu yang disediakan. Dari tabung pertama ke kedua, mereka harus berayun menggunakan tali layaknya Tarzan. Dari tabung kedua ke ketiga, mereka harus meniti tangga terbalik dengan mengayunkan tangan dari satu anak tangga ke anak tangga berikutnya. Kemudian mereka harus mencapai tabung empat dengan berayun menggunakan ayunan sebatang kayu yang diikat dengan tali layaknya pemain sirkus beraksi. Terakhir, mereka harus terjun ke laut dan berenang menuju perahu karet dan mencabut bendera yang diletakkan di sana.

Pertandingan pun dimulai. Pria atletis berusia tengah tiga puluhan itu memberikan instruksi-instruksi dan motivasi mental kepada anak lelakinya yang berusia 10 tahun. Mereka benar-benar memiliki strategi matang untuk menyelesaikan tantangan itu. Benar saja! Si anak yang mendapat giliran pertama bergerak secepat kilat bahkan meluncur dalam tabung, melewati tali, tangga dan ayunan dengan sempurna dan akhirnya terjun dan berenang menuju perahu karet. Dia berhasil!!! Bapaknya pun menyusul dengan tak kalah cepat. Dan akhirnya, mereka menyelesaikan tantangan itu dalam perolehan waktu yang fantastis, dan sempurna tanpa cacat. Dua menit dua puluh satu detik!!!

Menyaksikan bagaimana lawan mereka beraksi benar-benar membuat si ibu dan gadis kecil sebelas tahun-nya jiper. Mereka benar-benar shock. "Saya hanya ingin menyelesaikan dan melewati tantangan ini," kata sang ibu. Dan si gadis kecil hanya menjawab "Yeaah" dengan suara lemah ketika sang pembawa acara menyemangatinya. Wajahnya tampak hendak menangis, sampai-sampai si pembawa acara harus berkali-kali mengeluarkan kalimat-kalimat dukungan hingga ledekan karena si kecil tampak betul-betul sudah hopeless. Mereka kalah sebelum bertanding. Betapa menyedihkan! Bahkan, ketika ibu dan anak itu sudah di atas sana, si gadis kecil benar-benar menangis. Dia sangat ketakutan, meski sang ibu sebisa mungkin memotivasinya. Dan si kecil pun memulai aksinya dengan wajah terguyur air mata. Saya menahan napas. Ikut-ikutan tegang!

Tapi lihat! Dia bergerak dengan cepat. Saat menarik tali untuk berayun, O...o, tali itu sempat terlepas kembali. Sungguh membuang-buang waktu. Dia kemudian juga tampak kesulitan meniti tangga terbalik. Tapi si gadis menyelesaikan semua tantangan dengan catatan waktu yang cukup baik. Ibunya pun segera menyusul dengan cepat. Sayang, ketika berayun dengan tali, dia sempat mental kembali. Nyaris saja dia gagal mencapai tabung kedua. Namun dengan susah payah, dia berhasil meraihkan kakinya ke tabung dua. Saya berteriak-teriak menyemangati meski tahu tak akan mengubah apa yang terjadi di layar kaca. Gerakannya meniti tangga terbalik juga diperlamban oleh berat badannya, dan waktu kembali terbuang saat tali yang digunakan untuk menarik ayunan terlepas dari tangannya. Tapi si ibu terus bergerak. Cepat sekali. Dia mengerahkan kekuatannya saat-saat terakhir berenang menuju perahu karet. Dan mereka berhasil! Setelah upaya yang demikian keras dan membuat kesalahan beberapa kali hingga nyaris gagal, dua perempuan itu menyelesaikan tantangan final tersebut. S-e-p-u-l-u-h detik lebih cepat dari si bapak keren dengan anak lelakinya! Saya berteriak histeris atas kemenangan mereka. Benar-benar fantastis. Luar biasa!

***

Berapa sering saya merasa gagal? Dan, lebih buruk lagi, berapa sering saya merasa gagal bahkan sebelum bertanding? Berapa sering saya merasa kalah bahkan sebelum memulai? Sering! Teramat sering! Dan intensitas itu diperparah dengan data pengalaman masa lalu yang tersimpan di memori saya: Berkali-kali saya gagal dalam seluruh bidang kehidupan saya. Kegagalan-kegalan yang membuat saya teramat sering bersedih, pedih, dan hancur saat evaluasi karena menyadari semua kegagalan itu adalah karena kenaifan saya yang hanya berbekal semangat dan ketulusan namun sering kali kurang sadar atas kondisi realitas dan kurang mengukur kapasitas diri.

Dan semua pengalaman itu, akhirnya membuat saya ragu untuk mencoba lagi, takut, tidak percaya diri dan gamang. Dan akhirnya membentuk pemikiran saya untuk selalu melakukan sesuatu tanpa berharap banyak, dan lebih banyak mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Lebih banyak berpikir tetang kondisi realitas yang saya miliki dan kira-kira seberapa besar prosentase saya untuk berhasil. Membuat saya kalah sebelum memulai! Dan seringkali mundur sebelum mencoba.

Namun tayangan televisi tadi menunjukkan, berbekal semangat dan ketulusan pun tidaklah selamanya naif. Bisa jadi semangat dan ketulusan akan menjadi kekuatan yang tak terlihat. Bisa jadi semangat dan ketulusan akan mampu mencuatkan pontesi terpendam, dan memberikan energi luar biasa untuk mengalahkan sebuah tantangan.

Sesungguhnya kekalahan tidak pernah benar-benar terjadi sampai detik terakhir Allah menunjukkan takdir-Nya. Sesungguhnya kegagalan tidak akan pernah benar-benar terwujud sampai nyata di depan mata. Sesungguhnya, setiap kemungkinan dalam sebuah pertarungan hidup -gagal atau berhasil- selalu tercipta meski hanya sepersekian detik ke depan. Semua itu mengajarkan pada saya, bahwa sesungguhnya saya pun mampu. Saya bisa! Saya hanya harus terus bernapas, terus berusaha dan tak berhenti hanya karena merasa sudah terlambat. Hanya karena merasa sudah kalah. Hanya karena merasa sudah gagal. Hanya karena merasa sudah tidak ada harapan.

Apapun kondisinya, saya hanya harus terus berusaha dan menjalani prosesnya, sesakit apa pun itu, sesedikit apa pun kesempatannya. Tak lebih dan tak kurang. Dan pada akhirnya, saya tahu, bahwa sebagaimana kompetisi ibu-anak dan bapak-anak tadi hanya sebuah permainan, hidup ini pun hanyalah sebuah permainan. Tak perlu bersedih jika gagal, karena sesungguhnya, saya akan tetap menjadi pemenang selama saya menjalani prosesnya dengan benar!

Azimah Rahayu
(@azi, 27des bakda subuh: Spesial untuk diri sendiri dan semua yang pernah gagal di dunia ini)

About Love, Episode: Cinta Abadi

eramuslim - "Ma, itu apa, yang kelap-kelip di atas …" telunjukku mengarah ke langit.

"Itu namanya bintang nak, salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan," terang Mama dengan sempurna sekaligus bijak.

Kutahu, usiaku dua tahun lebih sedikit waktu itu. Usia yang selalu ingin tahu segala hal dan mengejar seribu jawaban dari siapapun terhadap hal yang baru kulihat. Dan Mama, dialah yang paling sabar menerangkan semua tanya itu, meski tak pernah kupuas, tapi aku cukup yakin saat itu, bahwa Mama segala tahu.

Sejak malam itu, aku selalu berdiri di belakang rumah menengadah ke langit memandangi jutaan bintang yang berkelap-kelip, dan setiap saat itu pula Mama setia menemaniku. Aku ingat, mama cukup kerepotan mencari jawaban ketika aku bertanya, apakah bintang-bintang itu juga punya nama. Dengan cerdik, Mama menjelaskan bahwa bintang-bintang itu sama dengan kita, manusia. Kalau manusia punya nama, berarti bintang pun memiliki nama.

"Yang disebelah sana, namanya siapa ma…"

Keningnya berkerut, otaknya berputar mencari jawaban. Hingga akhirnya, "ooh… yang itu mama tahu, ia adalah bintang mama, karena namanya sama persis dengan nama anak mama ini…" dekapannya begitu hangat, tak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali mama. Waktu itu yang kutahu, mama sekedar menjalankan kewajibannya sebagai orang tua untuk menemani dan membahagiakanku.

Keesokkan harinya, setiap malam tiba. Mama sudah tahu, sebelum waktu tidurku tiba, aku selalu mengajaknya memandangi langit. Karena kini aku semakin senang, sejak mama mengatakan bahwa bintang yang pernah kutunjuk itu adalah aku. Tapi, hari ini mama membuatku kecewa, karena mama tak bisa menemaniku. Mama sakit, begitu kata Papa.

Aku menangis, sebab malam itu aku berniat tidak hanya minta mama menemaniku seperti malam-malam sebelumnya. Tapi aku ingin mama mengambilkanku bintang-bintang itu dan membawanya ke rumah. Aku ingin mereka menjadi temanku bermain hingga aku tak perlu bersedih setiap ketika larut mama mengajakku masuk.

Tapi Mama tetap tak bisa membantuku. Jangankan untuk mengambilkanku bintang-bintang, sekedar duduk bersama di belakang rumah, merasai sentuhan angin yang lembut, dan menyapa kedamaian malam, serta tersenyum membalas lambaian sang bulan pun, mama tak kuat. Hingga malam berakhir, aku masih kecewa. Malam itu bahkan aku tak mau makan, hingga mama yang sedang sakitpun harus memaksakan diri tetap menyenandungkan nyanyian cinta pengantar tidur. Untuk yang ini pun yang aku tahu, adalah juga kewajiban orangtua, menyanyikan lagu pengantar tidur.

Esok harinya aku demam. Karena semalaman tidak mau makan setelah beberapa jam di belakang rumah 'bermain-main' dengan bintang-bintang. Meski sedikit cemas, mama tak pernah panik. Sentuhan hangat mama, membaluri ramuan khusus ke seluruh tubuh kecil ini. Dua hari sudah, tak kunjung sembuh demamku. Padahal mama sudah membawaku ke dokter.

Mama semakin panik. Panasku meninggi dan sering mengigau. Tetapi justru disaat mengigau itulah mama tahu obat terbaik untuk menyembuhkanku. (sampai disini, aku masih beranggapan, mencarikan obat, menyembuhkan anak, adalah sekedar kewajiban orangtua) …

Aku tidak tahu apa yang mama perbuat. Setelah terlelap beberapa jam, aku terbangun, dan aku terkejut, hampir tak percaya apa yang kutatap di langit-langit kamarku. Bintang-bintang … mama membuatkanku bintang-bintang dari kertas berwarna metalik, banyak sekali, puluhan, entah, mungkin ratusan. Sebagiannya digantung sebagian lagi dibiarkan berserakan di tempat tidur dan lantai kamar. Kuciumi mama karena telah membawakan bintang-bintang dari langit itu ke rumah. Dan mama benar, kulihat di masing-masing bintang itu ada namanya, salah satunya, ada bintang yang paling bagus dan paling besar, diberinya namaku.

***

Anak mama yang dulu kerap memandangi bintang itu, kini sudah dewasa. Sudah hidup mandiri. Tapi aku tetap anak mama. Kemarin, kutelepon mama mengabariku bahwa aku sedang tidak sehat dan tidak masuk kantor. Beberapa jam kemudian, diantar papa dan salah seorang adikku, mama datang. Aku memang tetap bintangnya mama, dibiarkannya kepalaku bersandar dipeluknya, kurasakan kembali kehangatan itu. hingga aku tertidur.

Sore, mama hendak pulang. Sebenarnya aku ingin sekali menahannya untuk tinggal beberapa hari, tapi adikku berbisik, "Waktu abang telepon, mama sebenarnya sedang sakit …"

Ada setitik air disudut mata ini. Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Kini, sekali lagi kusadari. Semua yang dilakukan mama untukku, bukanlah kewajiban. Itulah yang disebut cinta, cinta abadi. Cinta yang takkan pernah bisa aku membalasnya. Dan mama adalah bintang sesungguhnya bagiku. (Bayu Gawtama)

Bekerjalah dengan Cinta

Bekerjalah dengan Cinta

Publikasi: 01/02/2005 08:16 WIB

eramuslim - Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

Wanita itu memang tidak terlalu renta, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

* * *

Selalu...

Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.

Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.

Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.

Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung...

Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran).

Wallahu a'lamu bish-shawaab.

***
-Abu Aufa-

Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Ojichan: pria berumur, setengah tua